Pages

19 Januari 2014

Black Dahlia Kasus Pembunuhan Tak Terpecahkan

Diposting oleh Unknown di 18.45

Kisah Elizabeth Short telah digambarkan dalam banyak cerita sejak 6 dekade lalu, semenjak tubuhnya yang terpotong menjadi dua bagian, dibuang pada sebuah lahan kosong di LA. Padahal Elizabeth tak lebih hanya seorang playgirl, penggoda, dan memiliki masalah kejiwaan. Namun kisah pelayan berusia 22 tahun ini telah menginspirasi puluhan buku, situs internet, video game, bahkan sebuah band di Australia.
Kepolisian LA sudah menyerah pada kasus ini dan menutup kasusnya, mengingat kemungkinan pembunuhnya sudah meninggal bertahun-tahun yang lalu, namun pembunuhan Black Dahlia masih menarik untuk dibicarakan.

Pagi hari,15 Januari 1947, seorang ibu rumah tangga bernama Betty Bersinger sedang berjalan di sebuah perumahan di pusat kota LA dengan putrinya yang berusia 3 tahun. Sesuatu kemudian menarik perhatiannya. Pagi itu dingin, mendung dan ia sedang dalam perjalanan untuk mengambil sepasang sepatunya dari tukang reparasi sepatu. Pada pandangan pertama, Bersinger pikir, sosok putih yang terletak beberapa inci dari trotoar itu adalah manekin toko yang sudah rusak. Saat melihat lebih dekat, ia langsung terkejut bahwa yang dilihatnya adalah sesosok tubuh wanita yang terpotong menjadi dua bagian dan wajahnya menelungkup menghadap tanah. Lengannya terangkat diatas kepalanya pada sudut 45 derajat. Tubuhnya telah dicuci bersih dari darah, dan ususnya terselip rapi di bawah pantat.

Bersinger menutup mata putrinya dan berlari ke rumah terdekat untuk menelepon polisi.

Ketika 2 orang detektif, Harry Hansen dan Finis Brown tiba di TKP, jalanan sudah dipenuhi wartawan dan penonton yang menginjak-injak sembarangan sehingga kesterilan bukti tidak lagi terjaga. Para detektif kemudian meminta kerumunan masyarakat untuk menjauh.

Dari penyelidikan diketahui bahwa korban dibunuh di tempat lain dan diseret ke tempat itu. Ada embun di bagian bawah tubuh shingga diperkirakan waktu dia ditempatkan disana sekitar setelah jam 2 pagi, saat itu suhu udara mencapai 38 derajat.

Wajah korban sangat mengenaskan. Si pelaku pembunuhan menggunakan pisau untuk merobek ujung kedua mulutnya hingga 3 inchi panjangnya, wajahnya tampak menyeringai seperti badut. Kedua pergelangan kaki dan tangannya terlihat bekas lilitan tali, kemungkinan dia disekap dan disiksa sebelumnya.

Detektif LA memeriksa sidik jarinya dan mengirim cetakannya ke markas besar FBI di Washington DC. Setelah dibandingkan, sidik jari itu cocok dengan sidik jari milik Elizabeth Short, yang diambil saat dia bekerja di ruang telegram di pangkalan militer California dan juga saat ditangkap karena pelanggaran mabuk dan minum minuman keras dibawah umur di Santa Barbara.

Wartawan mencium aroma sensasional dalam kasus ini.Mereka dengan cepat menghubungi Phoebe Short, ibu Elizabeth Short untuk mengorek kehidupan pribadinya.
Washington Post pun memuat kisahnya dengan judul yang sangat sensasional “Police seek mad pervert in girl’s death”
Elizabeth Short memiliki tubuh yang ideal di tahun 40’an  saat itu. Tubuh montok dengan pinggul langsing, dia sangat cantik. Dia mengecat rambutnya yang coklat dengan warna hitam legam, memakai lipstik merah darah dan selalu menyematkan bunga di rambutnya. Kulitnya putih dengan mata besar berwarna biru muda, dia seperti boneka perselen.Teman-temannya memanggilnya dengan julukan ‘Black Dahlia’ karena kegemarannya pada warna hitam dan film kesukaannya berjudul “the blue Dahlia” tahun 1946. Dan di tempat asalnya dia dipanggil “Bette”.

Lahir tanggal 29 Juli 1924 di Hyde Park Massachusetts, Elizabeth Short lahir dari lima bersaudara yang semuanya perempuan, dari pasangan Phoebe dan Cleo. Saat kecil, keluarganya pindah di sebelah utara Medford. Cleo Short sukses berbisnis miniatur golf tapi kehancuran saham tahun 1929 membuatnya bangkrut. Tak mampu membiayai kehidupan keluarganya, Cleo meninggalkan mobilnya di jembatan agar terlihat seolah dia mati bunuh diri melompat ke sungai karena putus asa.  Beberapa tahun kemudian dia menulis surat pada istrinya bahwa ia menabung agar bisa memindahkan keluarganya dari sana, tapi istrinya tidak menanggapinya dan menyatakan tak ingin berhubungan lagi dengannya.

Setelah ditinggal Cleo, keluarga itu pindah di sebuah apartemen kecil di samping Pacios dan Phoebe bekerja sebagai bookkeeper. 
Elizabeth yang sudah remaja sering diajak anak Pacios yang 10 tahun lebih muda, sekedar menemaninya makan es krim dan pergi ke bioskop. Kedua gadis itu menonton hampir semua film-film Roger Fred Astaire dan Ginger Roger yang sangat populer saat itu.

Short terlahir menderita asma dan bronchitis hingga dewasa. Saat 16 tahun, ibunya mengirim dia liburan musim dingin dengan keluarga temannya di Miami, dimana dia disana kemudian bekerja sebagai pelayan. Usia 19 tahun, Short dengan menggunakan kereta api lintas negara pergi untuk tinggal dengan  ayahnya yang tinggal di Valejo, yang berdekatan dengan San Fransisco. “Dia menaruh impian pindah ke California membuka peluang baginya masuk dunia film” tulis Pacio.

Sejak awal, hubungannya dengan sang ayah penuh dengan perselisihan. Mereka tak bertemu selama bertahun-tahun, walau ayahnya dihantui penyesalan, namun mereka adalah dua orang asing yang tinggal bersama. Cleo mengharap putrinya lebih banyak mengurus rumah,memasak dan menjaga rumah. Namun Elizabeth ingin bebas dan tak ingin bekerja bakibu rumah tangga.

Dia kemudian bekerja di ruang surat di Camp Cooke di Lompoc, sekitar dua setengah jam utara LA. Dalam foto hitam putih yang diambil untuk ID karyawan, tampak bibirnya sedikit terbuka dengan pulasan lipstick, rambut hitamnya terjurai rapi.

Camp Cooke dihuni oleh tentara yang kesepian karena akan dikirim ke medan perang. Ia meninggalkan kesan mendalam pada setiap pemuda disana, kecantikan dan keseksiannya. Mereka selalu berusaha menarik perhatiannya, memilihnya sebagai “penghuni camp paling cantik” dan memujinya bahwa ia layak menjadi bintang film.
Beberapa bulan kemudian, dia ditangkap di sebuah bar si Santa Barbara karena masih dibawah umur dan dikirim pulang ke Medford.

Selama beberapa tahun kemudian, dia sering bolak-balik Medford-Chicago, ke Florida, California dan kembali ke Massachusetts. Dia juga sering ke klub malam tempatnya berdansa dan menari. Ia cinta musik, pria dan hura-hura. Hidupnya tak pernah sendiri, selalu ada pria di sekelilingnya.
Desember 1944, gaya hidupnya sebagai playgirl berubah saat bertemu dengan seorang pemuda, seorang militer berpangkat mayor di Flying Tiger. Dia jatuh cinta pada pemuda bernama Matt Gordon itu dan mengatakan pada Pacios bahwa pemuda itu lain dari yang lain, dan ia juga ingin menikahinya.  Saat Short kembali ke Medford ketika musim panas, Elizabeth memakai pin Pilot Wings yang disematkan di blusnya, tutur Pacios.
Saat itu Jepang telah menyerah pada tanggal 14 Agustus dan Elizabeth Short berhenti mengkhawatirkan Matt akan terbunuh dalam pertempuran. Namun takdir begitu kejam. Saat Elizabeth membayangkan pernikahan dengan gaun pengantin sutra, datang surat pendek yang mengabarkan jika Matt terbunuh dalam kecelakaan pesawat dalam perjalanan pulang dari India..

Elizabeth sangat terpukul. Dia menghabiskan waktunya dengan membaca surat-surat Matt bahkan saat kembali ke Miami, dia menyelipkan surat-surat itu ke dalam kopernya.
Di Miami, Elizabeth mengobati luka hatinya dengan memiliki sederet pria. Dia menikmati bersahabat dekat dengan mereka, dari segala lapisan, tentara, pengusaha, tua, muda.. tapi dia lebih senang menghabiskan waktu dengan pria-pria yang royal terhadap dirinya. Ia sadar kecantikannya. Pria-pria selalu bersiul saat ia berjalan dan sering mereka membayarkan makan malamnya. Perilaku inilah yang menyeretnya dalam istilah ‘pelacur’ tapi tak ada bukti yang mendukung tuduhan ini.
Uangnya habis untuk membeli pakaian yang bagus. Dia lebih baik keluar dalam keadaan lapar daripada memakai pakaian usang. Ia selalu keluar dengan pakaian bagus, mengenakan jas hitam, blus feminin, sepatu hak tinggi dan sarung tangan kulit.

Elizabeth kemudian dekat dengan seorang pria militer, Joseph GordonFicking.

Juli 1946, dia kembali ke Southern California agar bisa berdekatan dengan Joseph GordonFicking, letnan angkatan udara yang sangat tampan dan bermata hitam.Mereka bertemu di California dua tahun sebelumnya, tak lama sebelum pria itu dikirim ke luar negeri. Hubungan itu tidaklah mulus. Dari surat-surat yang disita kepolisian, terungkap betapa Fickling marah pada Elizabeth yang penggoda, dan mempertanyakan apakah dirinya berarti bagi Elizabeth dibanding pria-pria lain. Tampaknya Elizabeth tak perduli—atau tak mencoba meyakinkan pemuda itu.

Flicking kemudian pindah tugas ke North Carolina sebagai pilot maskapai penerbangan komersial, dan mereka tetap berhubungan. Ia juga terus mengirimi gadis itu uang termasuk trasfer kawat $100 per bulan sebelum dia meninggal. Surat terakhirnya pada Fickling tertanggal 8 January 1947—tujuh hari sebelum pembunuhan—ia mengatakan akan pindah ke Chicago untuk mewujudkan impiannya menjadi model.

6 bulan terakhir hidupnya, Elizabeth terus-menerus pindah dari selusin hotel, apartemen, rumah kos dan rumah pribadi di California Selatan. Dia bahkan hampir nyaris kekurangan uang. 13 November hingga 15 Desember, Elizabeth tinggal di sebuah apartemen dengan dua kamar tidur sempit di Hollywood dengan delapan wanita muda lainnya yang bekerja sebagai pelayan coctail, operator telepon, dan penari. Mereka membayar $1/hari untuk tempat tidur dan lemari untuk dua orang. Namun Elizabeth bahkan tak mampu membayarnya, ia seringkali menyelinap lewat pintu samping untuk menghindari manajer yang menagih uang sewa.

Teman-teman sekamarnya mengatakan pada LA Times setelah kematiannya, bahwa Elizabeth keluar dengan pacar yang berbeda setiap malam dan tak punya pekerjaan. Ia juga tak punya sahabat dekat baik pria maupun wanita, tapi lebih suka berkumpul dengan orang-orang yang tak dikenal dan secara konstan berubah ke kumpulan yang lain lagi.
Orang yang terakhir melihatnya adalah seorang salesman berumur 25 tahun bernama Robert Manley  yang dipanggil “Red” karena rambut pirangnya yang merah menyala. Menurut ceritanya, Ia ingat tengah melihat wanita cantik tanpa tujuan yang jelas tengah berdiri sendirian. Red mendekatinya dan bertanya apakah dia butuh tumpangan. Gadis itu memalingkan wajahnya dan menolak bicara. Tapi red terus mendekatinya dan meyakinkan bahwa ia tak ada niat jahat, tak berbahaya, hanya ingin membantunya, bahkan jika perlu akan memberinya tempat tinggal untuk berteduh.

Saat itu Elizabeth tinggal dengan sebuah keluarga yang merasa kasihan padanya setelah menemukannya di biskop 24 jam. Tapi mereka segera merasa jengkel karena ia hanya suka bermalas-malasan dan pergi pesta setiap malam. January 1947 mereka mengusirnya dan Red datang menjemputnya. Mereka tinggal di motel tapi tidak berhubungan badan sama sekali, katanya pada wartawan.

9 January, dia mengantarnya ke LA dan membantu mengecek bagasinya di terminal bis. Elizabeth mengatakan akan ke Berkeley untuk tinggal dengan kakaknya dan mereka janji akan bertemu di Hotel Biltmore. Red menemaninya ke lobi hotel lalu meninggalkannya jam 6.30 karena harus kembali ke keluarganya.

Biltmore adalah tempat favorit Elizabeth untuk nongkrong. Banyak wisatawan kaya disana dan hotel terbesar di sebelah barat Chicago itu memiliki 1000 kamar. Lobinya sangat indah dengan langit-langit katedral dihias lukisan tangan, lampu kristal dan lantai marmer. Sangat kontras dengan tubuhnya yang tragis satu minggu kemudian.
Apa yang terjadi pada Eliabeth Short masih menjadi mistery. Satu hal yang pasti, selama tujuh hari dia berada dalam cengkeraman si pembunuh, yang mengejek dan menyiksanya sebelum dibunuh dalam keadaan yang begitu mengerikan.

5 January, tas kulit hitam miliknya ditemukan di tempat pembuangan sampah, beberapa mil dari TKP. Red mengenalinya sebagai milik Elizabeth, apalagi berbau parfum yang meresap di jok mobilnya selama mereka berkendara dari San Diego ke LA.

Robert Manley atau Red-lah satu-satunya orang yang terakhir bersama Elizabeth. Awalnya dia dituduh sebagai tersangka namun dibebaskan setelah menjalani tes poligraf (tes kebohongan) dan lulus. Didera masalah kesehatan mental, istrinya membawanya ke RS jiwa karena sering mendengar suara-suara. Dokter diam-diam memberinya suntikan Natrium pentothal dalam upaya mengumpulkan bukti kebenaran pembunuhan Black Dahlia, namunlagi-lagi dia lulus. Dia meninggal tahun 1986 karena terjatuh.

Mark Hansen, seorang manajer klub malam Holywood berusia 55 tahun. Banyak perempuan muda yang bekerja untuk Hansen tinggal di rumahnya yang terletak di belakang klub. Elizabeth menjadi tamunya selama beberapa bulan pada tahun 1946 dan ia pernah berusaha menidurinya tapi selalu gagal.

George Hodel adalah detektif LAPD yang sudah pensiun. Ia mempublikasikan  sebuah buku yang sangat laris “Avenger Black Dahlia” yang menggambarkan ayahnya yang kejam dan pernah memperkosa putrinya yang berusia 14 tahun (dibebaskan). Setelah ayahnya meninggal, Hodel menerbitkan album foto berisi dua snapshot dua wanita berambut gelap yang disebut Hodel sebagai Elizabeth Sorth. Namun keluarga Short membantahnya.

Jack Anderson Wilson adalah seorang gelandangan pemabuk. Dalam sebuah wawancara awal tahun 80’an, Wilson konon menceritakan rincian pembunuhan yang hanya si pembunuh saja yang mengetahuinya termasuk pengetahuannya tentang adanya cacat di organ intim Elizabeth yang membuatnya tak bisa berhubungan seks. Beberapa hari sebelum penangkapan, dia tewas dalam kebakaran hotel.

Walter Alonzo Bayley tahun 1997, LA Times menyarankan tersangka lain yaitu seorang ahli bedah yang rumahya terletak satu blok selatan dari tempat dimana tubuh Elizabeth ditemukan. Putri Bayley adalah teman adik Elizabeth yang bernama Virginia. Menurut teori ini,pembunuh Elizabeth Short pastilah seorang ahli bedah atau tukang jagal daging, dan kemungkinan Bayley menderita penyakit otak degeneratif yang membuatnya membunuh Short. Bayley berusia 67 tahun saat pembunuhan terjadi dan tidak memiliki catatan kekerasan, atau kejahatan. Ia juga tak pernah diketahui  bertemu atau mengenal Elizabeth Short.

Tak ada satupun tersangka kuat dalam kasus Black Dahlia. Sebagian bukti dan file juga sudah hilang terask 13 surat bernada mengejek dari sang pembunuh yang dikirim pada polisi dan media.

4 komentar:

Virgabali on Sabtu, 09 Januari, 2016 mengatakan...

Kunjungi virgabali.com
➕➕🅰🅰🅰➕➕
🍀🍀😊😊😊🍀🍀
📖📖🙏🙏🙏📖📖

Virgabali on Sabtu, 09 Januari, 2016 mengatakan...

Kunjungi virgabali.com
➕➕🅰🅰🅰➕➕
🍀🍀😊😊😊🍀🍀
📖📖🙏🙏🙏📖📖

Unknown on Jumat, 30 September, 2016 mengatakan...

New year celebration still be a moment awaited by many people in the world.
togel sgp

Eya on Kamis, 20 Oktober, 2016 mengatakan...

Wow, sisi lain dari kisah Elizabeth Short yaa.. Tulisannya bagus banget mbak.. :)

Posting Komentar

 

Diane Blog Copyright © 2010 Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by Online Shop Vector by Artshare