Pages

21 Januari 2014

Claudine Longet Membunuh Spider Sabich

Diposting oleh Unknown di 21.55

Musim semi baru saja tiba pada tahun 1976.Di sebuah gereja Katolik di Placerville, California terlihat kerumunan berkumpul untuk memberikan perpisahan terakhir pada  Spider Sabich, seorang bintang muda ski Amerika. Kerumunan yang berkumpul untuk memberi penghormatan terakhir itu termasuk para bintang ski, atlet Olimpiade dan teman masa kecilnya. Keluarga besar Sabich yang keturunan Croasia-Amerika berdiri bergandengan tangan bersama di depan gereja. Mereka mati rasa oleh kesedihan.

Selama pemakaman, keluarga Sabich melirik pada sosok perempuan kecil yang tengah duduk dengan sekelompok kecil teman-temannya. Dia mengusap matanya dengan saputangan, dan kemudian bahunya terguncang-guncang.

Perempuan itu adalah kekasih Sabich, seorang aktris Perancis dan penyanyi bernama Claudine Longet. Di satu sisi, dia berhak berada di sana karena Spider Sabich pernah begitu lama menjalin kasih dengannya namun di sisi lain, keberadaannya juga tidak dikehendaki. Perempuan itulah yang membunuh Sabich.  Walaupun dia membela diri bahwa itu sebuah kecelakaan, namun keluarga Sabich dan teman-temannya tidak mempercayainya. Mereka yakin Longet telah membunuh Sabich dengan sengaja. Sebelumnya gossip-gosip panas terus beredar dan diekspos oleh media sehingga menjadikan kasus Sabich menjadi pusat perhatian selama dekade itu.

Spider Sabich

Cerdas dan gagah, Spider Sabich termasuk diantara sekelompok kecil pemain ski Amerika profesional yang mempopulerkan olahraga itu pada tahun 1960-an dan 70-an.
Sabich berasal dari Kroasia. Ayahnya,Vladimir, lahir dan besar di Sacramento. Dia seorang pilot pesawat tempur pada perang dunia kedua. Dia pernah tertembak jatuh oleh tentara Jepang dan menghabiskan setahun di penjara Siberia. Ia kemudian dibebaskan tahun 1944 dan kembali ke kediamannya bersama dengan istrinya, Frances.

Putra mereka lahir beberapa tahun kemudian. Anak itu begitu kurus ketika dilahirkan yang segera menarik perhatian ayahnya dan memberinya julukan yang terkenal itu.
“Bayi itu terlihat panjang tapi seolah tak punya daging,” ujar Vladimir pada media Sacramento Bee. “Dia tak lebih hanya tulang dan kulit, saya berkata begitu saja, ’Ya ampun, dia terlihat seperti laba-laba/spider.”

Ternyata julukan itu kemudian melekat padanya. Bahkan jarang orang mengenal nama aslinya:Vladimir Jr, dan lebih menyebutnya dengan nama Spider Sabich.
Pada tahun 1950, keluarga besar Sabich pindah dari Sacramento ke sebuah kota pegunungan kecil yaitu Kyburz, dimana Vladimir Sr bekerja sebagai polisi. Mereka pindah pada saat yang tepat. Sebuah bukit ski baru, Edelweiss, terbentang di sepanjang jalan rumah mereka dan anak-anak Sabich sangat menyukainya.

Spider memiliki sepasang sepatu ski boot dari kulit dan kayu pertamanya pada usia 5 tahun. Segera setelah itu ia dan saudaranya, Steve diajak bergabung di team muda ski bernama Edelweiss. Pelatih mereka bernama Lutz Aynedter, seorang juara yang berasal dari Jerman yang kemudian berimigrasi ke Amerika setelah perang, menilai anak-anak keluarga Sabich jago dalam perlombaan ski gaya Eropa. Spider dan Steve kemudian menjadi bintang diantara para racers ski muda di Kyburz. Mereka berdua dijuluki sebagai 'Highway 50 Boys.

Ketika remaja, Spider dan Steve pernah memenangkan salah satu kejuaraan sehingga menjadikan mereka memiliki peralatan ski yang lebih bagus dimana mereka berdua juga sering berlomba di tempat-tempat bergengsi di California Ski Resort, seperti Squaw Valley dan Lake Tahoe.

The Sabich Boys kemudian berhasil mengesankan pencari bakat bernama Bob Beattie, seorang pelatih ski dari Colorado yang kemudian meminta keduanya bergabung masuk team Nasional Amerika. The Sabich kemudian memenangkan beasiswa ski ke Colorado. Namun karir Steve terhenti karena mengalami cedera lutut.

Spider kemudian bergabung dengan team USA tahun 1968 di Olimpiade di Grenoble Prancis. Dia bekerja keras, terkadang hingga 25 training sehari.

“Ada dua hal menarik tentang Spider,” ujar Beattie. “Dia memiliki selera humor dan sangat berbakat. Dia juga tampan, sangat bersemangat. Namun ia merubah penampilannya ketika masuk ke Universitas Colorado. Dia menjadi sangat teliti seperti seorang insinyur. Ia memiliki dua hal yang berlawanan dalam dirinya.”
Pelatih Beattie dan seluruh masyarakat Amerika berharap banyak pada team ini pada tahun 1968, didalamnya juga ikut Kidd, Huega, Moose Barrows dan Ni Orsi, semuanya merupakan anggota team Colorado. Namun persaingan yang ketat membuat Amerika malah tak mendapat medali dan Sabich hanya bisa menyelesaikan perlombaan pada etape kelima.

Sebagian besar anggota team kemudian beralih ke professional dan mengkuti kejuaraan dunia di Eropa. Sabich  berhasil mempertahankan karirnya, dengan satu kemenangan dan masuk dalam jajaran 18 top terbaik. Tahun 1969 dia termasuk dalam urutan 11 ski dunia.

Tahun 1970 Beattie membentuk tour ski professional di Amerika. Saat itu olah raga ski  tengah booming di Amerika. Beatie kemudian mengajak Sabich bergabung dan dengan senang hati ia menerima ajakan itu.

Sabich dengan cepat menjadi bintang di Tour itu. Tidak hanya karena permainan skinya, Sabich adalah pria yang tampan dengan rambut pirang dan bermata  biru. Dia tergolong pria yang bisa menghentikan pembicaraan ketika tengah melintas menuju pondok ski. Gadis-gadis berebut memperhatikannya.

“Dia sangat menarik dan seksi,” ujar sahabatnya Dede Brinkman pada Sacramento Bee. “Itu merupakan suatu karisma yang dimiliki seorang bintang film.”
Kakaknya Steve juga membenarkan pernyataan itu. “Spider seperti magnet.”

Claudia Longet


Longet lahir di Paris, 29 January 1942. Setelah menyelesaikan SMAnya, dia bekerja sebagai seorang penari untuk menyambut turis di Paris. Longet sangat Prancis, dengan badan kurus dan kaki jenjang. Ia memiliki mata yang sayu dan wajah polos dengan rambut pirang. Ia juga bersuara halus dan terlihat serapuh kertas. Ketika ada lowongan pertunjukan ke Las Vegas, ia dengan mudah terpilih untuk bekerja disana karena di masa itu tipikal seperti dialah yang banyak dicari.

Saat tiba di Las Vegas, usianya baru 19 tahun. Ia bekerja sebagai penari di “LeFolies Bergere”, sebuah casino ternama. Longet kemudian bertemu dengan Andy Williams, seorang penyanyi yang cukup terkenal. Keduanya saling jatuh cinta dan kemudian menikah saat Natal tahun 1961. Andy berumur 34 tahun dan Longet menginjak usia 20 tahun saat itu.

Tahun-tahun berikutnya, Karir Williams semakin melejit dengan hitnya “Moon River”. Di saat karir Williams menanjak, Claudine tenggelam dalam kesibukannya mengurus rumah tangga dan melahirkan putrinya Noelle tahun 1963 dan putranya Christian di tahun 1964.

Popularitas ‘Moon River’ kemudian menjadikan William dipercaya memiliki sebuah program acara show sendiri tahun 1963 dan Longet kerapkali menjadi bintang tamunya. Aksennya-lah yang kemudian membawa Longet ke serangkaian acara TV sebagai wanita asing sexy semacam di “Hogan’s Heroes Combat” “Rat Patrol”, “Run for your Life’, Dr. Kildare’, ’12 O’Clock High’ dan ‘Alias Smith and Jones.’ Ia kemudian memenangkan penghargaan di tahun 1968 yang mengantarkannya dalam sebuah film  ‘The Party’.
Karir Longet berimbas pada karir selanjutnya sebagai penyanyi. Ia merilis album pertamanya tahun 1966. Aliran musiknya easy listening, dengan suaranya yang lembut. Dia masuk jajaran ke-4 dari daftar 100 lagu hits di sepanjang karirnya, yakni untuk lagunya “Love is Blue”.

Longet juga pernah rekaman bersama Beatles “Here, There and Everywhere,” dengan Burt Bacharach's di lagu "The Look of Love," "God Only Knows" dengan The Beach Boys, "Make It With You" dengan Bread, and a number of Carpenters' tunes, including "They Long to Be (Close to You)" and "We've Only Just Begun.”



(Penampilan Longet di salah satu acara televisi)

Longet kemudian melahirkan anak ketiganya, Bobby. Nama itu diambil dari nama sahabat mereka yaitu William Bobby Kennedy. Namun kehadiran seorang bayi lagi ternyata tidak mampu merubah keadaan pernikahannya yang mulai tak stabil. Memang mereka masih tampak seperti keluarga yang bahagia hingga tahun 1972, padahal sebenarnya sudah pisah rumah sejak tahun 1969. Longet dan anak-anaknya tinggal di mansion mereka di Malibu California.

Namun begitu, Williams dan Longet tetap berteman dekat. William sepakat memberinya tunjangan 8000 dolar setiap bulan untuk anak-anak mereka. Saat akhirnya mereka sah bercerai tahun 1975, Longet mendapatkan  2.1 Milliar dolar sebagai harta gono-gini.



(Keluarga Andy William dan Claudia Longet saat masih rukun)

Bertemu Claudia Longet
Awal tahun 70an, Bob Beattie mempelopori kejuaraan ski untuk kalangan selebriti dalam program tur USAnya yang baru. Hal ini dengan cepat menarik perhatian masyarakat. Penonton berduyun-duyun datang untuk melihat para selebriti berlomba ski, sekaligus menyaksikan atlet ski yang sesungguhnya.

Tahun 1972, penyanyi, aktris dan penggila Ski, Claudia Longet diundang di sebuah pameran tentang ski sebelum diadakan perlombaan di Bear Valley, California, hanya sekitar 25 mil dari kediaman Sabich di Kyburz. Sabich dan Longet bertemu disana untuk pertama kali dan tak dapat menutupi rasa tertarik satu sama lain.

Sabich sudah terbiasa dengan para wanita yang tergila-gila padanya, tetapi pada Longet perasaannya sangat kuat. Seorang teman menggodanya dengan sebutan, “kekuatan nuklir.” Longet pun rupanya memiliki perasaan yang sama. Keduanya tak bisa dipisahkan lagi dan kemudian menjadi pasangan sebelum liburan itu berakhir.

Spider Sabich dan Claudia Longet

Di usia 31 tahun, Sabich berada di puncak karir, tepat saat ia menjalin hubungan dengan Longet yang saat itu berusia 34 tahun. Ia tergolong atlet ski terkenal dan menjadi andalan di circuit milik Beattie, dan pendapatanya lebih dari 200,000 dolar selama setahun dari kejuaraan-kejuaraan itu.

Hubungan jarak jauh antara dirinya dengan Longet dijalani dengan penuh cinta. Longet masih tinggal di Malibu bersama anak-anaknya, sedangkan Sabich tinggal di Aspen. Longet harus pandai-pandai membagi waktunya antara menemani Sabich di Aspen dan kembali ke kediamannya di Malibu—dimana dia harus merawat dan membesarkan ketiga anak-anaknya.

Setelah satu tahun hubungan mereka, Sabich rupanya sudah merasa cocok dan tak ingin terus-menerus berjauhan dengan Longet. Ia kemudian  mengajak Longet dan anak-anaknya yang saat itu berusia 10, 9 dan 4 tahun untuk tinggal bersamanya.

Spider Sabich saat itu tidak menyangka bahwa keinginannya untuk tinggal bersama kekasihnya Longet justru memperburuk hidupnya. Ia terbiasa hidup sendiri, terkadang jika tengah jenuh ia tidur di rumah teman atau ke tempat lain. Longet juga kerap dikelilingi gadis-gadis dan kadang menikmati waktu dengan mereka untuk sekedar bersenang-senang. Sedangkan Longet menginginkan perannya lebih seperti suami, yang memberi banyak perhatian dan waktu di rumah.

Hanya sebentar mereka berdua menikmati kebersamaan dengan perasaan bahagia dan yang terjadi kemudian ternyata lebih berat. Kebiasaan Sabich dan tuntutan Longet kerap menimbulkan perselisihan. Hal-hal kecil kadang menjadi masalah besar dan otomatis menimbulkan banyak konflik diantara mereka.

Temannya sesama atlit ski mengatakan Longet banyak menuntut. Pernah dia melempar gelas wine pada Sabich di sebuah klub malam hanya karena Sabich kurang memperhatikannya. Longet  juga melarang Sabich datang ke acara tahunan penghargaan ‘payudara terbaik’ di sebuah acara penghargaan untuk tubuh wanita.

Sabich masih muda dan ia sebelumnya sangat menikmati hidupnya, dan kini ia merasa tak menemukan kebebasan setelah bersama Longet.

 “Spider perokok, juga minum dan melakukan apa saja yang lumrah dan biasa anak-anak muda lakukan,” ujar kakaknya Steve, “Jangan lupa, saat itu tahun 60an dan 70an.”
Sabich menderita cedera punggung saat kejuaraan final tahun 1973 di pegunungan Aspen. Meskipun saat itu dia masih bisa melanjutkan pertandingan, namun masalah cedera itu mempengaruhi penampilannya di 3 musim kejuaraan berikutnya. Merasa tertekan dengan persoalan itu, Sabich juga jenuh dengan Longet yang mulai menampakkan masalah yang berkepanjangan. Sabich pernah mengatakan pada beberapa temannya bahwa ia dan Longet menghadapi masalah yang rumit—menurutnya ini saat yang tepat bagi dia untuk kembali bangkit.

21 Maret 1976 disaat Sabich mengalami masalah bertumpuk-tumpuk antara persoalan pribadinya dan pekerjaan profesionalnya di ski, ia menjalani hari seperti biasa, tak menyangka akhir hidupnya datang secepat itu.

Peristiwa Naas itu terjadi

Pasangan itu berpisah jalan pagi harinya. Sabich pergi bermain ski dan kemudian melakukan pertemuan dengan Bob Beattie. Sementara Longet mengantar anak-anaknya sekolah, lalu dia sendiri pergi bermain ski. Namun rupanya dia hanya berski ringan saja, tak sampai ke lereng yang terjal dan jauh.

Longet kemudian pergi berbelanja. Setelah itu ia mampir ke sebuah bar dan minum segelas dua gelas wine . Dia sudah tiba di rumah pukul 3.30 saat anak-anaknya pulang dari sekolah. Sabich tiba di rumah setengah jam kemudian.

Sabich kemudian bersiap mandi, ia mengenakan celana pendek berwarna biru. Saat itu, ia berencana pergi ke pesta malam harinya. Menurut sebuah sumber, ia berencana pergi ke pesta sendirian saja, tapi menurut sumber lain dia berencana pergi dengan Longet.

Saat itulah Longet berjalan menuju kamar mandi sambil membawa pistol milik Sabich. Satu tembakan dilepas dan Sabich tertembak di kepala. Anak-anak Longet berlari menuju sumber suara dan menyaksikan atlit ski itu tergeletak di lengan ibunya, penuh darah. Ibunya berteriak minta tolong di telepon, lalu anaknya berlari keluar menunggu ambulan datang. Sayang, Sabich kehabisan banyak darah di kamar mandi. Dia meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit dengan Longet di sisinya.

Andy Williams segera menuju Aspen untuk menemani bekas istrinya melewati masa-masa mengerikan itu. Longet memang butuh dukungan saat itu. Opini publik berbalik menyerang Aktris Pancis tersebut. Aspen mulai berbalik menyerangnya.

“Tak seorang pun yang menyukainya,” ujar salah satu tulisan di Newsweek.

Penyelidikan dan Persidangan

Longet menghadiri pemakaman Sabich di California, kemudian kembali ke Aspen untuk mempelajari tuduhan pembunuhan terhadapnya, ancamannya maksimum 10 tahun penjara dan denda 30,000 dolar.

Dalam menghadapi kasusnya itu, Longet kemudian memakai jasa pengacara Carles Weesman. Longet berdalih penembakan itu sebuah kecelakaan. Ia mengatakan itu pada polisi yang pertama kali menanyainya bahwa ia sama sekali buta tentang senjata. Polisi menceritakan, Longet berkata ia memang membidikkan senjata itu pada Sabich dan ingin mendengar suaranya jika ditembakkan—yang setahu Longet tidak terkokang—“bunyinya ‘boom-boom’ atau ‘bang-bang’” kata Longet. Dan senjata itu ternyata meletus dan membunuh Sabich.

Longet bersikeras ia tidak bersalah, dan pengadilan atasnya dijadwalkan January 1977.

Setelah penembakan itu, Polisi membuat keputusan sebagai konsekuensi atas masalah Longet. Pertama, mereka akan melakukan tes darah pada Longet dan menyita buku harian, keduanya tanpa perintah dari pengadilan. Hasil tes menyebutkan kandungan cocain di dalam darah Longet. Dan dalam buku hariannya pun tertulis banyak tentang hubungan yang gagal.

Frank Tucker, jaksa wilayah, membaca diary itu dan menyatakan bahwa konflik Sabich dan Longet tak kunjung usai.
“Dia mengalami beban dari besarnya ketenaran dan tak mau kehilangan pria lagi dalam hidupnya,” ujar Tucker.” Andy Williams jelas-jelas mendepaknya, dan ia tak mau didepak lagi, thank you.”

Bukti-bukti itu meruntuhkan pertahannya.

Namun diary itu tak diperkenankan dibaca di pengadilan dan pertahanannya pun mulai berbalik. Para pengacara mati-matian meyakinkan juri bahwa hubungan Longet dan Sabich sangat mendalam dan dipenuhi cinta. Tentu saja mengarahkan 12 juri yang merupakan pria dan wanita lokal agar membuka pikiran mereka bukan perkara mudah. Salah satu juri mempunyai pandangan bahwa kebanyakan mereka meyakini bahwa Longet sengaja menembak Sabich.

Di hari pertamanya menjalani pengadilan, Longet terus menerus menangis. Ia tampak rapuh dengan rok abu-abu dan sepatu boot selutut.

“Semua ini membuat saya putus asa,” katanya pada para reporter.
Bob Beattie, pelatih Sabich, adalah yang pertama kali menjadi saksi. Dia bercerita bahwa pengadilan memiliki suasana yang aneh, seolah berharap agar Longet menjadi tenang.

Polisi juga menceritakan tentang rasa penasaran Longet akan bunyi senjata, boom-boom atau bang-bang saat pertama kali diinterogasi. Dari kursinya, Longet berteriak, “Itu tidak benar!” katanya.

Hakim George Lohr lalu memperingatkannya—agar tidak berteriak di dalam pengadilan.

Longet mengaku dia menemukan senjata itu di dalam lemari pakaian pagi hari saat kejadian penembakan. Senjata itu milik Steve, kakak Sabich yang diterimanya dari sang Ayah dan kemudian disimpan di kediaman Spider Sabich.

Saksi ahli mengatakan bahwa keamanan pistol itu bermasalah alias cacat dan telah dilumasi minyak terlalu banyak. Saksi ahli juga mengatakan sangat mungkin senjata itu mengeluarkan tembakan karena kecelakaan.

11 January, media sudah berkerumun di pengadilan untuk melipus Claudine Longet duduk di kursi saksi. Pengacaranya Weedman memberikannya sebuah pistol dan memintanya untuk menjelaskan bagaimana dia menembak.

Dia lantas menjelaskan, “saya mengambil pistol dan berjalan menuju kamar mandi, saya berkata pada Sabich, ‘jelaskan padaku tentang pistol ini,’ saya berjalan ke arahnya sambil menenteng pistol itu.”

Longet bertanya pada Sabich apakah pistol itu aman, dan mereka saling berbicara beberapa kata tentang hal itu.
“Sabich bilang, ‘ya, pistol itu terkunci, jadi aman.’ Saya bertanya lagi padanya, ‘jadi tidak akan meletus?’ lantas dia bilang, ‘ kau bisa mencobanya’
Secepat kilat pistol itu meletus dan mengenai Sabich. Longet mulai terisak saat menjelaskan bagaimana Sabich terjerembab di lantai kamar mandi sambil memegang kepalanya.

“Spider memanggil nama saya tiga kali dan lalu dia tersungkur,” katanya. “Saya berteriak padanya untuk bertahan, agar berbicara pada saya. Tapi dia tak menjawabnya, lalu saya mencoba menolongnya dengan pernafasan buatan dari mulut ke mulut, tapi saya tak tahu bagaimana caranya.”

Weedman lantas bertanya pada Longet bagaimana hubungannya dengan Sabich.

“Spider dan saya saling mencintai, sangat…” ujar Longet. “ Kami berdua adalah sahabat. Kami tak mungkin melewati kebersamaan lebih dari 4 tahun jika merasa tidak cocok. Kami pernah berdebat..tapi diatas itu semua, kami bersahabat dan saling mencintai satu sama lain.”
Saat penutupan pembelaan, Weesman kembali mengungkapkan tentang insiden penembakan itu dan bagaimana Longet telah tanpa sengaja membunuh lelaki yang sangat dicintainya.

“Jika ada setan di kota ini,” katanya. “Pastilah setan-setan yang bergunjing tentang hubungan antara Spider dan Claudine… Namun tak satupun yang terungkap disini dan mengatakannya secara jantan. Seharusnya mereka merasa malu akan hal itu.”

4 hari kemudian, juri membutuhkan 3 jam 40 menit untuk mengambil keputusan.  Mereka memvonisnya dengan hukuman ringan akibat kelalaian bukannya pembunuhan yang disengaja. Longet dengan berlinang air mata mengatakan, “Saya tidak bersalah. Saya menghargai nyawa manusia.” Namun dia akhirnya dipenjara selama 2 tahun dan denda 5,000 dolar.

“Dia tidak sengaja menembak dan mengakibatkan pembunuhan pada Sabich,” ujar juri Lohr. “kematian itu sendiri sudah merupakan tragedy yang sangat berat baginya.”

Longet Kini

Longet kemudian bebas. Banyak yang masih tak puas dengan penyelesaian kasus ini, apalagi kemudian Longet tampak gembira saat pergi berlibur ke Meksiko bersama pengacaranya Ron Austin, yang telah meninggalkan keluarganya demi bersama Longet.

Longet benar-benar menikmati liburannya.
Ia dan Austin kemudian menikah dan tinggal di Aspen. Sekarang dia telah berusia 63 tahun.





Keluarga Sabich meyakini bahwa Longet telah melakukan pembunuhan itu dan berhasil lolos dengan sedikit muslihat disana-sini.
“Hal itu sangat memalukan karena Sabich telah memberikan begitu banyak dalam hidup Longet,” ujar Steve Sabch, kakak Spider Sabich. “Claudine memang lihai dalam dua hal—menikahi orang ternama seperti Andy Williams dan menjadi pembunuh.”

Kasus ini juga menginspirasi Mick Jagger . Ia kemudian menciptakan lagu dengan liric :
"Oh, Claudine/Now only Spider knows for sure/But he ain't talkin' about it any more/Is he, Claudine?/There's blood in the chalet/And blood in the snow/She washed her hands of the whole damn show/The best thing you could do, Claudine."

Sejatinya kasus ini masih terasa meragukan bagi banyak pihak…

0 komentar:

Posting Komentar

 

Diane Blog Copyright © 2010 Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by Online Shop Vector by Artshare